Pages

Saya (tidak) Takut Ular

Ketika dulu sekolah tentu kita belajar tentang hewan bukan? Ya ada di pelajaran ilmu alam atau lebih spesifik lagi biologi. Ketika belajar tentang hewan, saya yakin kita tidak hanya belajar untuk mengenal hewan saja pastinya, belajar tentang hewan mengajarkan kita tentang betapa besarnya kuasa Alloh yang maha menciptakan. Alloh ciptakan arsitek-arsitek alam yang canggih seperti lebah dengan sarang madunya, semut dengan komunitasnya, burung dengan sayap tangguhnya, berang-berang  dengan bendungan canggihnya dan hewan lainnya, betul kan?he. 

Oke berbicara tentang hewan, saya mungkin ingin sedikit berbagi ni. Sedikit aja. Ternyata dari sekian banyak hewan yang Alloh ciptakan di dunia ini, maka hewan yang paling saya takuti adalah hewan dari jenis ular. Tau ular kan? Ya udah nanti kita bahas kok kenapa saya takut ular, he. Namun sebelumnya sebagai pembelaan, boleh saya katakan wajar saja jika manusia itu memiliki rasa takut, manusiawi sekali bukankah dalam diri manusia itu dititipi berbagai macam rasa, seperti senang, sedih, kecewa, termasuk takut. Malah saya heran jika ada manusia yang mengaku tidak memilki rasa takut jangan-jangan dia bukan manusia, hee. Jadi jangan takut untuk mengaku punya rasa takut, oke (wah jadi bingung nulisnya).


Ular (nulis namanya aja udah merinding, he). Ular adalah reptil yang paling unik, jenisnya pun banyak sekali. Ada ular tanah, ular laut, ular kayu, ular sawah, ular gurun dan banyak lainnya kalo diteliti lagi mungkin bisa ada juga ular mall (sebutan bagi ular yang sering berbelanja ke pusat perbelanjaan, he). Ular termasuk hewan yang berbahaya, ular dititipkan bisa untuk melumpuhkan musuhnya dan ada lagi yang diberi kemampuan lilitan yang kuat untuk membunuh siapapun. Ular gak punya kaki tapi jalannya kenceng banget. Bisa naik gunung, jalan di rumput, renang di air atau bergelantungan di pohon (lengkap deh). Bentuknya juga serem licin memanjang, berkelok-kelok kalo berjalan, argghh kayaknya ketakutan ini adalah akumulasi efek nonton film india jaman dulu yang bintang utamanya ular kobra, yang ditiup pake seruling tuit tuit tuit, haa, ditambah lagi film anakonda yang naik rating, he. Intinya takut ular deh, kalo boleh memilih mending ketemu raja hutan sekalian kayak singa, harimau, macan, tarzan juga boleh dari pada ular. Bukan apa-apa kalo udah liatnya bikin lemas sekujur tubuh, caile.

17 oktober 2010, akhirnya berkesempatan buat ngunjungi taman wisata Ragunan untuk pertama kalinya, (padahal udah tiga tahun di Jakarta). Ke Ragunan dalam rangka kumpul temen-temen alumni SMA dulu yang sekarang berdomisili di Jakarta baik yang udah kerja maupun masih kuliah (eh tapi udah ada yang berkeluarga di Jakarta juga loh, he). 

Singkat cerita kita mengisi hari dengan melepas rindu setelah sekian lama tidak bertemu entah itu dengan saling bertanya kabar atau bercanda mengingat momen lucu di sekolah ya tentu sembari menikmati pemandangan koleksi satwa di kebun binatang ragunan. Dengan tidak diduga ternyata ada jasa yang menawarkan foto bareng sama ular phiton, harganya terjangkau cukup goceng bisa foto sepuasnya, ha udah kayak artis aja tu phiton untung gak dilengkapi tanda tangan sang phiton, eh emang phiton punya tangan. Seorang kakak kelas menantang saya untuk foto sambil dililiti sang phiton konsekuensinya beliau yang bayar, ayo apakah saya berani? Haa tentu tidak. Jujur saya benar-benar takut untung saya punya otak cerdas sekaligus kocak, haa saya buat alasan sedramatis mungkin, kebetulan ada adik kelas saya perempuan di sana, sebut saja Siti (nama sebenarnya, he). Alasan saya “kak sebenernya saya berani aja kalo cuma berfoto sama tuh phiton, tapi kan kita ke sini sama Siti, saya takut terjadi apa-apa sama dia, saya khawatir Siti malah pingsan melihat kakak kelas kesayangannya dililiti ama ular segede itu” haaa , alasan yang aneh, tapi cukup ampuh buat menyelamatkan saya dari lilitan sang phiton, hee.

Kami pun melajutkan perjalanan, sekedar mengisi pembicaraan saya pun menyela. Saya pikir gak bakal ketemu lagi sama tukang foto ular phiton. Saya nyeletuk penuh ketidak jujuran (astaghfirullah, tapi penasaran juga sih), haa. “kak kalo gak ada Siti, saya pasti udah foto sama ular tadi, hee”, canda saya. “oke ya kalo ketemu lagi harus foto, Siti bisa kita atur, itu alasan doang”. Tantangan kakak lagi. “oke” jawab saya merasa menang. Dan ternyata eh eh eh selain yang tadi ada lagi tukang foto ular phiton dan kejadian itu terjadi, haa
Sempet dorong-dorongan sama temen-temen yang lain, namun akhirnya saya menyerah juga, saya harus foto sama phiton seberat 5 kilogram (mungkin) itu, gak mungkin kan mencabut omongan sendiri, dalam hati “ya alloh akhirnya saya bertemu langsung dengan ciptaanMu yang paling saya takuti, kuatkan hamba ya Alloh”. Sebelumnya saya pastikan dulu pada pemiliknya jinak kan? gak gigit kan? Gak berbahaya kan? Haaa bawaan takut kali banyak tanya. Setelah itu saya pasrah sang bapak pun mulai melilitkan phiton sepanjang hampir 4 meter itu, ya ampun sensasi ketika kulit ular itu bersentuhan dengan kulit leher begitu terasa ahh merindingnya. Tangan kanan memegang kepalanya yang nakal bergerak kemana-mana, dan tangan kiri memegang tubuhnya yang menggantung, ih licin sekali kulitnya. Dan beraat sekali serasa digantungi seorang bayi. Hee

Para kameramen pun mulai memotret saya termasuk teman-teman yang membawa kamera. Kalo mau disama-samain waktu itu udah kayak artis yang lagi jumpa pers, ceritanya sang artis baru pulang dari pemburuan di hutan amazon, jadi fotonya bareng phiton,haa. Ayo Van senyum-senyum, alaaah gimana mau senyum orang lagi ketakutan gini, bisa sih senyum, tapi senyum penuh keterpaksaan senyum penuh ketakutan,haa , sang ular mengarahkan kepalanya ke muka. Ihhh serem udah kayak mau nyerang aja “udah pak udah pak” teriak saya, dalam hati “ayo pak buruan diambil ularnya kalo gak entar saya banting aja langsung ke tanah, tapi kalo ularnya mati, wah bisa jual motor buat gantinya,haa”

Akhirnya saya terlepas dari abang phiton yang menakutkan itu (eh bentar tu phiton cewek ato cowok ya? Kok dipanggil abang, hoo), jinak sih jinak tapi namanya juga hewan gak bisa ditebak, kalo ada apa-apa sama saya gimana ayo, siapa yang bertanggung jawab? haa alhamdulillah gak pa2, saya baik-baik saja tentu dengan muka yang masih ganteng (ups, gak boleh bohong, dosa,haa), semua baik-baik saja tapi alhamdulillah dengan pengalaman dan pelajaran baru tentunya.

Akhirnya saya bisa foto bareng dengan hewan yang paling saya takuti, bisa membuktikan pada diri bahwa ular tidak selamnya kejam kayak di sinetron-sinetron, bisa membuktikan bahwa ular tak selamanya suka bohong seperti kata band hello (lho apa hubungannya??), yang pasti ini pengalaman baru membuka paaradigma baru bahwa tidak perlu punya rasa takut yang berlebihan pada sesuatu, takut boleh tapi pada porsinya, ingat segala yang berlebihan punya dampak yang negatif, (haa mulai sok bijak),,oke deh itu aja, sampai jumpa di cerita-cerita berikutnya, keep smile keep blogging, sukses




4 komentar:

  1. hahah
    tapi mukamu tu tak bisa membohongi....
    ^_^

    BalasHapus
  2. itu yang aku tuliskan,,senyum terpaksa,,he
    keep blogging Ria

    BalasHapus
  3. wah Punk....
    Itu ular beneran????
    *bergidik serem

    tapi pengen nyoba juga sih gendong ular gitu, berlendir nggak?

    BalasHapus
  4. iya tuh chi tu ular beneran,,
    aku aja hampir gak percaya,hee

    bolehlah sekali-kali nyobain gendong ular, gak pa2 kok, seru malah

    BalasHapus

Komentar di sini yah,