Pages

Jadi Solusi, Itu Pilihan

Akhir dari proses belajar bukan hanya ketika kita mampu memperoleh nilai sempurna pada hasil ujian. Tetapi jauh dari sana bahwa tujuan dari proses belajar yang kita lakukan adalah ketika kita mampu menjadikan ilmu yang kita pelajari berguna dan bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri terlebih untuk orang lain.

Oh ya, kita harus ingat juga bahwa hidup ini akan terasa lebih bahagia apabila kita mampu membahagiakan orang lain. Mungkin itu secuil makna dari kata berbagi. Berbagi tidak akan mengurangi apa yang kita miliki seperti pada hitungan matematika. Sebaliknya kita akan mendapatkan “lebih” setelah bisa “berbagi”, merasa jauh lebih bahagia dengan “berbagi”. Terutama berbagi akan ilmu kita. 

Pas liburan yang lalu pagi-pagi sekali (waktu itu hari pertama saya di rumah), tiba-tiba seorang tetangga datang ke rumah. Ternyata istri Mang Edi, Mang Edi sendiri adalah tukang ojek yang waktu saya SMA sangat setia mengantarkan saya ke sekolah. Tentu saja saya sambut dengan senyum hangat (sehangat mentari pagi itu, cie, ha). Kedatangannya terkhusus untuk menemui saya. Sontak saya kaget. Tumben baru aja mudik udah ada tamu . Apa saya punya hutang ?? haa. Ternyata dia mengeluhkan hape milik suaminya yang sejak tadi malam tidak bisa menyala dengan sebab yang tak pasti. Dan dia pun meminta tolong untuk diperiksa apakah saya bisa membantunya untuk menyalakan lagi hape tersebut (kayak dokter aja, hee). Hmm saya pun dengan ramah menerima hape yang bermasalah tadi. Untuk sekedar diotak atik sih, kali aja bisa nyala, haa sok tau. Setelah beberapa menit. Bismillah, ehh betul bisa nyala lagi. Alhamdulillah.

Seminggu kemudian, saya menemani kakak perempuan saya ke bank. Sambil menunggu antrean saya berbincang-bincang ringan dengan kakak di ruang tunggu. Tiba-tiba seorang ibu paruh baya datang menemui saya, beliau duduk di kursi di dekat kami duduk. Hampir sama dengan kasus di atas ibu itu datang menunjukkan hape nya yang tidak bisa beroperasi padahal katanya saat itu beliau sangat membutuhkan hape untuk menghubungi seseorang. Sedikit saya otak-atik alhamdulillah bisa beroperasi lagi. 

Ada perasaan senang, bahagia, dan bangga ketika bisa membantu orang lain. Ketika senyum manis tergurat di wajah mereka. Seperti ada kesejukkan sendiri terasa di hati. Contoh di atas sangat simpel hanya ngebenerin hape yang sebenarnya tidak dalam kondisi rusak (mungkin hanya hang saja). Bagi kebanyakan orang tua termasuk kedua ibu-ibu di atas, menghadapi masalah seperti itu memang sangat sulit. Apalagi di kampung yang anggap saja pengetahuan memang terasa sangat minim, masalah kecil seola besar, ditambah lagi kondisi yang panik dan mendesak membuat mereka tidak bisa berpikir jernih untuk menyelesaikan permasalahannya. Kehadiran kita sesungguhnya adalah solusi bagi mereka. 

Saya yakin di luar sana banyak sekali permasalahan yang “membutuhkan” tangan kreatif kita menjadi sebuah solusi. Tapi permasalahannya adalah seberapa siap kita untuk menghadapi permasalahan dunia yang sangat kompleks itu? Saya jadi berpikir bagaimana seandainya ada orang yang datang dengan mengeluhkan masalah-masalah hidupnya. Ekonomi? Pendidikan? Agama? Genteng bocor? Haa, De el el deh. Apakah saya bisa bantu mereka? (walaupun saya sadar kita bukan robot yang bisa ahli segalanya, tapi tidak salah juga jika kita berusaha untuk tau segalanya). Mungkin kuncinya hanya satu, ya sudah pasti kita harus banyak belajar. Menjadi sosok pembelajar sejati yang tak pernah lelah belajar. Tak kenal usia, tempat maupun status. Bukan belajar untuk satu bidang yang kita tekuni saja tapi segala jenis bidang ilmu (terutama yang bersentuhan langsung dengan masyarakat karena sejatinya kita adalah bagian dari masyarakat yang akan kembali ke masyarakat).

Sobat, percayalah hanya ada dua pilihan tentang keberadaan kita di masyarakat (sekarang dan kelak). Menjadi “masalah” masyarakat atau menjadi “solusi” masyarakat. Kita semua berhak memilih. Mau pilih yang mana hayo?




2 komentar:

Komentar di sini yah,