Pages

(4S) Sensasi Seru Sholat Subuh


Sebuah jalan membentang di tengah desa. Jalan beralas tanah yang tak rata. Lubang yang dalam dan batu yang bertonjolan di sepanjang jalan. Subuh ini hujan baru saja reda, lubang-lubang itu menjadi genangan air dan rumput-rumput pun masih basah semua. Bukan sebuah jalur transportasi yang menyenangkan. Tapi inilah jalan yang memberi manfaat bagi desa kami.

Di ujung jalan, sebuah masjid sederhana berdiri dengan indah. Masjid yang didirikan bersama-sama oleh warga desa. Terdengar suara azan yang begitu khas, pak Feri, penjaga masjid yang belum satu tahun ini mengurusi masjid kami.

Saya pun sendiri menyusuri jalan itu, menuju masjid kebanggan kami, walau tubuh ini berjalan dengan gontai penuh keletihan, saya harus semangat ini subuh pertama saya di kampung halaman. Capek, kemarin baru tiba dari perjalanan panjang setelah enam bulan di jakarta. Ya Alhamdulillah akhirnya pulang juga.

Suasana subuh di desa ini tak banyak berubah, masih seperti dulu. Sepi, sunyi seperti hanya ada beberapa orang saja yang tinggal di sini. Padahal ini desa yang cukup ramai. Entahlah kemana penghuninya kalo waktu subuh datang?.

Azan hampir selesai, saya pun tak lama lagi sampai ke masjid, saya percepat langkah kaki ini, yah semoga bisa dapat sholat qobliyatan di masjid, kan lumayan pahalanya. Baru saja saya mempercepat langkah, tiba-tiba saya dikejutkan oleh sesosok benda aneh yang berdiri tegak di tengah jalan, warnanya hitam tak terlalu jelas. Tak ada pencahayaan yang cukup untuk melihat, hanya lampu rumah warga yang menerangi jalan itu, mata minus ini mulai berakomodasi ingin menjawab pertanyaan benda apa itu. Sambil terus memaksa melihat. Saya kembali dikejutkan oleh suara keras dari arah benda itu.


“guk , guk, guk”

Ya saya tahu jawabannya, itu anjing. Luar biasa tak tahu siapa yang memelihara anjing seseram itu di desa kami. Dibiarkan berkeliaran di jalan tanpa pengaman. Badannya besar. Matanya bersinar, mukanya, jangan di tanya, seram sekali. Gugup, takut, ngeri bercampur aduk menjadi satu. Saya coba tuk menenangkan diri, menghela napas perlahan. Sambil memutar otak bagaimana saya bisa melewati anjing ini agar bisa sampai ke masjid dengan aman. Dalam hati

“masa saya pulang lagi ke rumah, takut sih takut, wajar, tapi saya kan punya akal buat ngelewati ni anjing, anggap aja ini cobaan dalam beribadah, toh ngantuk lewat, dingin lewat, jalan jauh hampir lewat, tapi kalo anjing, entahlah”.

Sambil berdoa saya mulai melangkahkan kaki kembali “lahaulawalaquwatailahbilahilaliyulazim”. Yup semakin saya langkahkan kaki semakin keras gonggongan anjing ini. Saya terus berusaha tenang, tapi sayang, pikiran-pikiran aneh terus menghantui saya. Apalagi baru kemarin dengar berita di Medan, seorang anak rabies gara-gara digigit anjing. huu, “tenang punk tenang, nyawamu di tangan Tuhan mu bukan di tangan anjing ini” gurau dalam hati. Anjing itu semakin mendekat dan gonggongannya semakin keras. Huu, saya mulai pusing kenapa saya tidak punya trik jitu menjinakkan anjing, gak pernah training menjadi pawang anjing, kalau browsing triknya di internet juga rasanya sudah tak bisa, he . Tenang-tenang. Saya pikir ini cuma masalah komunikasi, teringat film-film barat, anjing kan bisa bersahabat dengan manusia. Lalu saya memberanikan diri menatap mata anjing yang terus menggonggong itu, dalam hati saya berkata

“Njing mungkin kamu tidak tahu, saya ini orang sini juga loh. Kamu baru lihat karena emang saya baru pulang dari rantauan, jangan halangin saya ya, saya cuma mau ke masjid sholat subuh, tu azan sudah selesai”.

Saya sadar saya tidak punya ilmu berdiplomasi yang mumpuni, pilihan katanya pun polos sekali tapi saya berharap saya bisa lolos dari anjing “baik” ini. Seperti orang gila, saya berbicara dari hati ke hati dengan anjing itu. Saya tunggu perlahan sepertinya tak ada jawaban, he emang dia mau jawab pake apa. Matanya terus menatap tajam. Tapi suaranya sudah tak berisik seperti tadi. Tidak lagi menggonggong, hanya bunyi-bunyi kasar dari mulutnya “grgrgrgrg”, entah ini jawaban atau bukan saya mulai mencuri langkah untuk meninggalkan sang anjing. Anjing itu pun hanya melihat saja seolah mempersilahkan saya untuk sholat subuh pagi ini, just says thanks Njing, he

Ada satu hal yang menarik dari sepenggal kisah ini, ketika saya bertemu dengan sang anjing dan merasakan sendiri sensasi takut sekaligus kebahagiaan yang luar biasa. Saya sempat terpikir bahwa “wah mungkin beginilah apa yang dirasakan oleh sahabat dan sodara saya di Palestina, ketika mereka akan sholat subuh berjamaah di masjid, mereka selalu di hadang oleh “anjing-anjing” Israel dengan senjata yang serba lengkap. Tapi mereka tetap memilih untuk ke masjid dari pada “cari aman di rumah”. La terus bagaimana dengan kondisi kita di Indonesia yang dalam kategori aman-aman saja? Adakah semangat untuk menikmati keindahan dua rakaat di ambang fajar ini. Pantas saja mereka begitu militan, kecintaan mereka kepada Allah memang tak perlu diragukan lagi.”

Yups begitulah sobat, kita semua tau bahwa di antara segudang perintah Tuhan pada kita ada satu perintah yang memang sangat berat ujiannya. Sholat shubuh, bagi kaum cowok ni, gak perlu di hadang seekor anjing pun untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah secara rutin di masjid rasanya berat sekali (ni dirasakan benar oleh penulis). Tidak beda tuk para hawa sholat subuh tepat waktu di rumah juga rasanya tidak mudah.

" Sesungguhnya salat yang paling berat bagi orang munafik adalah salat Isya' Dan salat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Tentunya hadis di atas bukan untuk menuduh orang-orang yang tidak menegakkan salat Subuh di masjid dengan sebutan munafik namun lebih menjadi introspeksi bagi kita tentang kualitas sholat subuh kita. Jika kita meninggalkan salat subuh dengan sengaja, maka kesengajaan tersebut adalah bukti nyata dari sifat kemunafikan. Barang siapa yang pada dirinya terdapat sifat ini, maka segeralah bermuhasabah (introspeksi diri) dan bertaubat.

Emang sikap manusia dalam menunaikan salat wajib cukup beragam. Ada yang mengerjakan sebagian salatnya di masjid, namun meninggalkan sebagian yang lain. Ada pula yang melaksanakan salat sebelum habis waktunya, namun dikerjakan di rumah. Dan, Ada pula sebagian orang yang mengerjakan salat ketika hampir habis batas waktunya (dengan tergesa-gesa). Yang terbaik di antara mereka adalah yang mengerjakan salat wajib secara berjamaah di mushala atau masjid pada awal waktu.

Terakhir, yuk kita sama-sama memohon ampun kepada Allah semoga kita bukan termasuk orang-orang munafik yang lalai dalam melaksanakan ibadahNya tapi semoga kita termasuk orang yang bisa merasakan sensasi-sensasi seru sholat subuh, amiin


1 komentar:

Komentar di sini yah,